Jess Carter, bek timnas Inggris, menjadi korban pelecehan rasial selama Euro 2025. Pemain berusia 27 tahun itu mengungkapkan melalui akun Instagram-nya bahwa ia menerima serangan rasis di media sosial sejak awal turnamen. GOAL BALL, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola perempuan hari ini, simak pembahasan ini.
Carter menyatakan bahwa meskipun kritik terhadap performa dapat diterima, pelecehan terhadap ras dan penampilan sama sekali tidak pantas. Sebagai respons, Carter memutuskan untuk menjauhi media sosial demi menjaga fokusnya pada turnamen. Ia juga berharap dengan bersuara, pelaku akan berpikir ulang agar kejadian serupa tidak terulang. Pemain yang turut meraih gelar Euro 2022 ini menegaskan kebanggaannya menjadi bagian dari Lionesses, tim yang telah menciptakan perubahan positif dalam sepak bola wanita.
The Football Association (FA) telah melaporkan kasus ini kepada kepolisian Inggris dan bekerja sama dengan platform media sosial untuk mengusut pelaku. CEO FA Mark Bullingham menegaskan komitmen mereka dalam melindungi pemain dari segala bentuk diskriminasi.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Dukungan dari Berbagai Pihak
Kasus Jess Carter mendapat perhatian luas, termasuk dari Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden FIFA Gianni Infantino. Starmer menegaskan bahwa rasisme tidak memiliki tempat di sepak bola maupun masyarakat. Sementara itu, Infantino menyatakan kesedihannya atas pelecehan yang dialami Carter dan menyerukan perlindungan lebih bagi pemain dari diskriminasi.
Timnas Inggris juga menunjukkan solidaritas dengan mendukung Carter sepenuhnya. Mereka memutuskan untuk tidak lagi berlutut sebelum pertandingan—sebuah ritual yang sebelumnya dilakukan sebagai simbol anti-rasisme. Menurut pernyataan resmi tim, mereka percaya perlu ada cara lebih efektif untuk melawan rasisme di sepak bola.
Klub Carter di level klub, Gotham FC, turut mengutuk keras pelecehan tersebut. Mereka memuji Carter sebagai pemain sekaligus panutan yang berharga dan menegaskan komitmen mereka dalam menciptakan lingkungan sepak bola yang inklusif.
Baca Juga: Euro 2025: Jess Fishlock Cetak Gol Bersejarah Wales dalam Kekalahan Prancis
Perubahan Sikap Timnas Inggris terhadap Aksi Anti-Rasisme
Lionesses memutuskan untuk menghentikan tradisi berlutut sebelum pertandingan, dimulai dari laga semifinal melawan Italia. Keputusan ini diambil setelah diskusi internal tim, menyadari bahwa aksi simbolis saja tidak cukup untuk memerangi rasisme. Mereka menyerukan langkah lebih konkret dari otoritas sepak bola dan platform media sosial.
Lotte Wubben-Moy, rekan setim Carter, menyoroti kurangnya tindakan tegas dari platform media sosial dalam menangani ujaran kebencian. Ia menegaskan bahwa pelecehan rasial adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi lebih dari sekadar kampanye simbolis.
FA sendiri telah berkoordinasi dengan kepolisian dan perusahaan media sosial untuk mengidentifikasi pelaku. Bullingham menekankan bahwa ini bukan kasus pertama dan mendesak adanya mekanisme lebih kuat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Langkah ke Depan dalam Memerangi Rasisme
Kasus Carter kembali mengingatkan dunia sepak bola tentang urgensi penanganan rasisme secara serius. FA berkomitmen untuk terus mendukung Carter dan pemain lain yang mengalami diskriminasi, termasuk melalui pendampingan hukum dan psikologis.
Para pemain Lionesses berharap insiden ini memicu perubahan kebijakan di tingkat yang lebih tinggi, termasuk sanksi lebih berat bagi pelaku dan perbaikan sistem pelaporan di platform digital. Mereka juga mendorong organisasi seperti UEFA dan FIFA untuk memperkuat regulasi anti-diskriminasi.
Dengan fokus kini beralih ke semifinal, Carter dan timnya bertekad menunjukkan performa terbaik di lapangan. Namun, pesan mereka jelas: sepak bola harus menjadi wadah yang aman dan setara bagi semua, tanpa toleransi terhadap rasisme. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola perempuan terbaru lainnya hanya dengan klik goalball.tv.